YOGYAKARTA, JAYAGIRIMEDIAWISATA.COM – Plengkung Nirbaya, yang dikenal sebagai Plengkung Gading, terletak tidak jauh dari Alun-Alun Selatan. Plengkung Gading ini salah satu dari 5 plengkung yang berfungsi sebagai penghubung Keraton Yogyakarta dengan dunia luar.
Di Plengkung Gading ada sirine yang menjulang tinggi yang biasa dibunyikan saat waktu berbuka puasa dan imsyak. Selain itu ada tangga untuk naik ke atas dan menuju ke sisi Utara Plengkung gading. Kalau dilihat fungsinya, tangga yang terhubung dari Selatan ke Utara ini sepertinya sebagai tempat meyeberang pejalan kaki.
Di sekitar Pelengkung Gading seminggu terakhir dilakukan rekayasa lalu lintas. Dari rekayasa itu akhirnya diputuskan dalam rapat evaluasi bahwa Plengkung Gading ditutup total. Penutupan dilakukan pada Sabtu (15/03) setelah seminggu uji coba sistem satu arah.
Dari rapat yang digelar Jumat (14/3/2025) di Dinas PUPESDM DIY, disimpulkan bahwa kondisi Plengkung Gading dalam kondisi yang rentan, oleh karenanya diputuskan upaya penutupan oleh Pemprov DIY.
“Tidak hanya sebagai upaya mitigasi terhadap penyelamatan Plengkung Nirbaya saja, namun juga mitigasi terhadap keselamatan manusia dan kendaraan yang sangat mungkin terdampak dari kerentanan Plengkung Nirbaya tersebut. Sehingga perlu dilakukan antisipasi terhadap potensi kejadian yang tidak diinginkan”, kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dikutip dari laman resmi Pemda DIY, Sabtu (15/03).
Disebut Dian, penutupan akses yang terkesan mendadak ini dilakukan atas dasar terlihatnya indikasi dampak yang muncul akibat tekanan usia struktur, pembangunan, dan lingkungan. Terlebih setelah dilakukan pemantauan dan penanganan benteng sejak tahun 2015 sampai sekarang, ditemukan bahwa akumulasi dampak yang muncul lebih parah daripada yang diperkirakan.
“Penutupan Plengkung Nirbaya secara penuh ini merupakan salah satu bentuk komponen yang mendukung proses penanganan penyelamatan secara total. Guna menyelamatkan Plengkung Nirbaya, perlu adanya ruang dan waktu yang lebih maksimal untuk memetakan dan mendokumentasikan semua kerentanan, serta potensi-potensi kerusakan yang terdampak terhadap manusia dan lingkungan,” jelas Dian.
Plengkung Gading sendiri menjadi objek favorit wisatawan untuk berfoto. Namun, karena kesakralannya pihak Keraton Yogyakarta selalu mengingatkan agar menjaga sopan santun saat berfoto di 5 Plengkung yang ada di sepanjang benteng keraton.
14 April 2017 lalu pihak keraton sempat meradang karena ada dua remaja yang berfoto dengan cara duduk persis di atas gapura Plengkung Gading. Tidak hanya membuat marah pihak Keraton Yogyakarta, remaja itu diprotes oleh masyarakat Yogya pada umumnya.
Salah satu bentuk kesakralan Plengkun Gading adalah, pintu ini jadi satu-satunya jalan yang diperkenankan untuk dilewati saat Sultan meninggal. Sementara semasa hidup, Sultan Yogya tidak pernah melewati jalan ini. (MIM/Foto, Morgen Indra Margono)